Baru-baru ini, jagat media sosial — khususnya Facebook dan TikTok — kembali panas. Bukan karena cuaca, tapi karena beredarnya klaim yang bikin banyak orang langsung merah muka: “Sri Mulyani bilang guru itu beban negara.”
Kalau kamu punya saudara guru, teman guru, atau cuma sekadar menghargai jasa pendidik, pasti langsung merasa ditebas dari belakang. Apalagi kalau kamu tahu betapa beratnya hidup guru honorer yang gajinya pas-pasan, eh, malah dibilang “beban”? Nggak heran banyak netizen yang langsung ngamuk dan nyaris ganyang siapa saja yang dianggap mendiskreditkan profesi mulia ini.
Tapi sabar dulu. Sebelum unggah status marah-marah atau bikin thread panjang di Twitter, ada kabar penting: klaim itu 100% hoaks.
Awal Mula Hoaks yang Bikin Heboh
Ceritanya, sebuah unggahan di media sosial menampilkan potongan video yang diklaim menampilkan Menteri Keuangan Sri Mulyani sedang bicara di depan publik. Dengan judul bombastis seperti “Sri Mulyani Blak-blakan: Guru Itu Beban Negara!”, konten itu cepat menyebar seperti api di musim kemarau.
Beberapa akun bahkan menambahkan narasi emosional: “Ini alasan gaji guru nggak naik-naik!” atau “Jadi guru cuma jadi beban? Padahal mereka yang bentuk masa depan bangsa!” Wajar kalau emosi publik langsung memanas.
Tapi, setelah ditelusuri oleh tim cek fakta dan dikonfirmasi langsung ke pihak terkait, tidak ada satupun rekaman atau transkrip resmi dari Sri Mulyani yang mengatakan hal tersebut. Bahkan, Kementerian Keuangan secara tegas membantah klaim itu.
“Itu tidak benar. Ibu Sri Mulyani tidak pernah mengatakan bahwa guru adalah beban negara. Ini adalah informasi palsu yang sengaja disebar,” ujar juru bicara Kementerian Keuangan, dalam keterangan resmi.
Kok Bisa Ada yang Percaya?
Pertanyaan bagus. Kenapa hoaks semacam ini bisa cepat menyebar? Jawabannya: karena menyentuh urusan sensitif.
Guru, terutama honorer, memang masih menghadapi banyak tantangan — mulai dari gaji kecil, tunjangan yang belum merata, sampai status kepegawaian yang tidak jelas. Sementara itu, anggaran pendidikan yang besar (sekitar 20% dari APBN) kadang dipertanyakan efektivitasnya. Jadi, saat muncul narasi bahwa “menteri keuangan sebut guru beban”, rasanya masuk akal bagi sebagian orang. Padahal, justru sebaliknya.
Faktanya, Sri Mulyani selama ini justru dikenal sebagai menteri yang konsisten mendukung sektor pendidikan. Dalam berbagai kesempatan, ia menekankan pentingnya investasi pada SDM, termasuk peningkatan kualitas guru, pelatihan, dan pengembangan karier. Bahkan, Kementerian Keuangan rutin mengalokasikan anggaran besar untuk tunjangan profesi guru, insentif, dan program peningkatan kompetensi.
Hoaks dan Pola yang Sama
Kalau kamu perhatikan, hoaks semacam ini punya pola yang sangat familiar:
- Ambil nama tokoh terkenal (terutama pejabat).
- Tempelkan pernyataan kontroversial yang provokatif.
- Gunakan editing video yang dipotong atau digabung agar terlihat seperti asli.
- Sebarkan lewat platform yang minim verifikasi (seperti TikTok atau grup Facebook).
Dan voilà — dalam hitungan jam, jutaan orang sudah baca, marah, dan ikut membagikan tanpa cek fakta.
Ironisnya, orang-orang yang paling cepat marah justru sering yang paling malas cek sumber. Padahal, kalau buka situs resmi Kemendikbud atau Kemenkeu, atau cari di Google dengan kata kunci “Sri Mulyani sebut guru beban negara hoaks”, hasilnya jelas: itu tidak pernah terjadi.
Dampak Hoaks: Bukan Cuma Bikin Gaduh
Hoaks bukan cuma bikin heboh. Ini bisa berdampak nyata:
- Merusak citra pejabat publik.
- Memicu ketegangan antar kelompok (misalnya, guru vs pemerintah).
- Mengalihkan fokus dari isu penting yang sebenarnya butuh diskusi serius — seperti kesejahteraan guru, sistem rekrutmen, atau distribusi tenaga pengajar.
Bayangkan kalau hoaks ini sampai dibawa ke rapat dewan atau jadi bahan debat politik? Bisa-bisa energi habis buat membantah sesuatu yang nggak pernah terjadi.
Kementerian Keuangan: “Jangan Termakan Hoaks”
Pihak Kementerian Keuangan mengimbau masyarakat untuk lebih kritis sebelum membagikan informasi. Mereka juga mengingatkan bahwa seluruh pernyataan resmi dari Sri Mulyani bisa ditemukan di kanal-kanal resmi: website kemenkeu.go.id, akun media sosial resmi, atau siaran pers yang dikeluarkan oleh Biro Humas.
“Kami menghargai kepedulian masyarakat terhadap nasib guru. Tapi mari kita diskusikan isu ini dengan data yang benar, bukan emosi dari informasi palsu,” tegas juru bicara Kemenkeu.
Penutup
Jadi, sekali lagi: Sri Mulyani tidak pernah mengatakan bahwa guru adalah beban negara. Itu hoaks. Titik.
Guru bukan beban. Mereka adalah pilar bangsa. Dan kalau ada yang bilang sebaliknya — terutama lewat video tanpa sumber jelas — lebih baik scroll aja, jangan langsung marah.
Di era informasi yang banjir hoaks, kecerdasan digital harus jadi bekal wajib. Sebelum share, tanya dulu:
- Dari mana sumbernya?
- Apakah ini resmi?
- Apakah ini bisa memicu kegaduhan tanpa dasar?
Karena di balik layar, mungkin ada pihak yang senang melihat kita ribut sendiri — sambil mereka tertawa di balik akun anonim.
Jadi, tetap tenang. Cek fakta. Dan hargai guru — bukan dengan marah-marah karena hoaks, tapi dengan dukungan nyata: gaji yang layak, status yang jelas, dan penghargaan yang setimpal.